slogan poltekkes

slogan poltekkes

Selasa, 05 Januari 2016

Makalah Bionomik Nyamuk Aedes Aegpty




BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
 Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada hewan mau pun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen penyakitnya, seperti filariasis dan malaria. Sebagian pesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk antropofilik yang hanya menularkan penyakit pada manusia.
Salah satu penyakit yang mempunyai vektor nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue.
          Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit demam yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti selain demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam dengue (Dengue Fever) yang dikenal sebagai Cikungunyah (Break Bone Fever) di Indonesia (Supartha,2008). Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Menurut WHO tahun 2006, Indonesia pernah mengalami kasus terbesar (53%) DBD pada tahun 2005 di Asia Tenggara yaitu 95.270 kasus dan kematian 1.298 orang (CFR = 1,36 %).
          Penyebaran penyakit DBD di suatu kawasan harus dikontrol sehingga penyakit tersebut mendapat penanganan yang tepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol penyebaran penyakit yaitu dengan melakukan pemetaan vektor penyakit tersebut. Belum ditemukannya obat dan vaksin untuk mengatasi penyakit DBD mengakibatkan cara pencegahan melalui pemutusan rantai penularan dengan mengendalikan populasi vektor penyakit menjadi penting (Lestari,2010).

A.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana morfologi nyamuk aides aegpti ?
2.    Bagaimana binomik nyamuk aides aegpti ?
3.    Apa faktor faktor yang mempengaruhi  kehidupan aides aegpti ?
4.    Bagaimana pengendalian vektor nyamuk aides aegpyi ?

A.   Tujuan
1.    Mengetahui morfologi nyamuk aides aegpyt
2.    Mengetahui binomik nyamuk aedes aegpty
3.    Mengetahui faktor yang mempengaruhi kehidupan aedees aegpyt
4.    Mengetahui cara pengendalian vektor aedes aegpty



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti
Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Seogijanto (2006), kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
Marga : Aedes
Jenis : Aedes aegypti L. (Soegijanto, 2006)

B.   Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
Perantara utama penyakit DBD adalah nyamuk Ae aegypti. Nyamuk Ae aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ratarata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar hitam dengan bintikbintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya. Nyamuk Ae aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu : Telur - JentikKepompong –Nyamuk.






Siklus Hidup Nyamuk Ae aegypti 1
1. Stadium Telur
Telur Nyamuk Ae aegypti 1 Telur Ae aegypti berwarna hitam, sepintas lalu tampak bulat panjang dan berbentuk oval menyerupai torpedo dengan ukuran ± 0,80 mm. Di bawah mikroskop pada dinding luar telur (exochorion) telur nyamuk tampak garisgaris yang membentuk gambar seperti sarang lebah. Di alam bebas telur nyamuk ini di letakkan satu persatu menempel pada dinding atau tempat perindukan pada tempat yang lembab atau sedikit mengandung air.
8 Di dalam laboratorium terlihat jelas telurtelur ini diletakkan menempel pada kertas saring yang tidak terendam air. Telur nyamuk ini dapat menetas dalam waktu 1 – 2 hari, sedangkan di alam bebas dapat menetas kurang lebih sama atau dapat lebih lama tergantung pada keadaan
air di wadah atau perindukan. Nyamuk Ae aegypti betina dapat mengeluarkan telur 100 – 300 butir
telur. Nyamuk dewasa dapat bertelur 10 – 100 kali dalam jarak 4 – 5 hari dengan mengahasilkan telur antara 300 – 700 butir.  
2. Stadium Larva
Larva Nyamuk Ae aegypti 1
Setelah kontak dengan air telur akan menetas menjadi larva yang disebut larva instar 1 dalam waktu ± 2 hari, setelah itu larva ini akan mengalami 3 kali pergantian kulit berturutturut menjadi larva II, III dan larva IV. Stadium jentik biasanya berlangsung 6 – 8 hari. Larva Aedes aegypti tampak bergerak aktif dan lincah dengan memperlihatkan gerakan naik turun dalam air yang berulangulang. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara larva menempatkan corong pernafasan (shipon) di atas permukaan air, larva berada di posisi membentuk sudut dengan permukaan air. Larva nyamuk Ae aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulubulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk berturutturut disebut larva instar I, II, III dan IV. Larva instar I tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duriduri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan (shipon) belum menghitam. Larva instar III bertambah besar, ukuran 2,5 – 3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax) dan perut (abdomen). Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duriduri dan alatalat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulubulu yang simetris. Perut atas tersusun atas 8 ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernafas yang disebut corong pernafasan. Corong pernafasan tanpa duriduri, berwarna hitam dan ada seberkas bulubulu (tuft). Ruang ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulubulu sikat (brush) di bagian ventral dan gigi sisir (comb) yang berjumlah 15 – 19 gigi yang tersusun dalam 1 baris. Gigi – gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Larva ini tubuhnya langsung dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.

3. Stadium Pupa (Kepompong)
Pupa Nyamuk Ae aegypti 1
Pupa Ae aegypti mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan (respiratory terompets) yang berbentuk segitiga (three angular) jika pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh maka pupa tersebut akan bergerak cepat menyelam kedalam air selama
 beberapa detik muncul kembali ke permukaan dan akan menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan pada permukaan air wadah atau tempat perindukan. Setelah berumur 1 – 2 hari pupa tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina.

4. Stadium Nyamuk Dewasa
Nyamuk Dewasa Ae aegypti 1
Perkembangan nyamuk Ae aegypti jantan setelah 1 hari siap melakukan kopulasi dengan nyamuk betina. Setelah kopulasi dilakukan nyamuk betina mencari makan berupa darah manusia atau hewan yang digunakan untuk pemasakan telur. Nyamuk Ae aegypti dewasa mempunyai ciriciri morfologi yang khas yaitu nyamuk berukuran lebih kecil dari pada nyamuk rumah (Culex quingoefasiciatus). Ujung abdomen lancip berwarna dasar hitam dengan baercak bercak putih di seluruh tubuhnya, termasuk kaki dan sayapnya.


C.   Binomik Nyamuk.
Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit, kesenangan nyamuk istirahat, lama hidup dan jarak terbang :
1.      Kesenangan tempat perindukan nyamuk.
Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak dapat berkembangbiak digenangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah. Genangannya yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasanya disebut kontainer atau tempat penampungan air bukan genangan air di tanah.Survei yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa tempat perindukan yang paling potensial adalah TPA yang digunakan sehari –hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya. Tempat perindukan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat minuman hewan, vasbunga, perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya.
Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA berair yang berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindungsinar matahari langsung.Tempat perindukan nyamuk Aedes yaitu tempat di mana nyamuk Aedes meletakkan telurnya terdapat di dalam rumah (indoor) maupun di luar rumah(outdoor). Tempat perindukan yang ada di dalam rumah yang paling utama adalah tempat-tempat penampungan air: bak mandi, bak air WC, tandon


2.      Kesenangan nyamuk menggigit



Nyamuk Aedes hidup di dalam dan di sekitar rumah sehingga makanan yang diperoleh semuanya tersedia di situ. Boleh dikatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina sangat menyukai darah manusia (antropofilik). Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-12.00 dan sore hari jam 15.00-17.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-klali dari satu individu ke individu yang lain. Hal ini disebabkan karena pada siang harimanusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak dapat menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Aedes juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh inang,temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida dan warna.Untuk jarak yang lebih jauh, faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya.

Sedangkan nyamuk Aedes Albopictus betina aktif di luar ruangan yang teduh dan terhindar dari angin. Nyamuk iniaktif menggigit pada siang hari. Puncak aktivitas menggigit ini bervariasi tergantung habitat nyamuk meskipun diketahui pada pagi hari dan petang hari.

3.      Kesenangan nyamuk istirahat
Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes aegypti lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan di tempat-tempat lain yangterlindung. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akanmeletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di ataspermukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-bulan bila berada di tempat kering dengan suhu -2ºC sampai 42ºC, danbila di tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.
4.      Jarak terbang
Penyebaran nyamuk Aedes Aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan.Akan tetapi penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk ini dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter terutama untuk mencari tempat bertelur.Transportasi pasif dapat berlangsung melalui telur dan larva yang ada di dalam penampung.

5.      Lama hidup
Nyamuk Aedes Aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup 8 hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran virus semakin besar.Dengan demikian, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkaji survival alami Aedes Aegypti dalam berbagai kondisi.
Untuk dapat memberantas nyamuk Aedes Aegypti secara efektif diperlukan pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut yaitu perilaku mencari darah, istirahat dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai Pemberantasan Sarang Nyamuk dan jentik Nyamuk Aedes Aegypti yang tepat.
Perilaku tersebut meliputi :
a)    Perilaku Mencari Darah
1)      Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur
2)      Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali
3)      Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 – 17.00
4)      Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigigt lebih dari satu orang
5)      Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter
6)      Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

b)      Perilaku Istirahat
Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai :
1)      Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC
2)      Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai.
3)      Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.

c)      Perilaku berkembangbiak
Nyamuk aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti:
1)      Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari :bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara( tower air) yang tidak tertutup, sumur gali.
2)      Wadah yang berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil.
  
D.        Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Ae aegypti
1. Pengaruh lingkungan biologik
Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik vektor dengue dengan menggunakan predator, contohnya dengan memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, ikan gupi, dan ikan mujair. Kemampuan dan efisiensi dari tindakan pengendalian ini tergantung pada jenis penampungan airnya. Selain menggunakan ikan pemakan jentik predator lain yang digunakan yaitu bakteri dan cyclopoids (sejenis ketam laut). 13

2. Pengaruh lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang mempengaruhi kehidupan Ae aegypti antara
lain :
a Suhu
Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan Ae aegypti. Rata – rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 0C – 27 0C. Nyamuk dapat bertahan hidup hidup pada suhu rendah, tetapi proses metabolismenya menurun atau bahkan terhenti apabila suhu
turun sampai < 10 0C atau pada suhu > 35 0C.
b Kelembaban
Kelembaban nisbi antara 75 % - 93 %. Kelembaban udara mempengaruhi kebiasaan nyamuk meletakkan telurnya. Pada kelembaban udara < 60 % umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa menjadi vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah.
c Cahaya
Cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi nyamuk beristirahat pada suatu tempat. Intensitas cahaya yang rendah dan kelembaban yang tinggi merupakan kondisi yang baik bagi nyamuk dan
mempengaruhi aktifitas terbang nyamuk. Nyamuk terbang apabila intensitas cahaya < 50 lux.
d Curah hujan
Hujan akan mempengaruhi kelembaban udara dan menambah tempat perindukan nyamuk Ae aegypti yang alamiah, contoh : kaleng bekas, botol bekas, potongan bambu.
e Ketinggian
Nyamuk tidak bisa hidup pada wilayah dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan air laut.
f Kepadatan gedung / bangunan
Jarak antar gedung atau bangunan mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu tempat ke tempat yang lain. Semakin dekat jarak antar gedung atau bangunan semakin mudah nyamuk menyebar ke tempat yang lain.

3. Pengaruh lingkungan kimiawi
Bahan kimiawi telah banyak digunakan untuk pengendalian Ae aegypti sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Metode yang digunakan dalam pemakaian insektisida adalah dengan larvasida untuk membasmi jentik- jentiknya dan pengasapan untuk nyamuk dewasa. Pemberantasan jentik dengan bahan kimia kita kenal dengan istilah abatisasi. Larvasida yang digunakan adalah temephos. Formulasi temephos (abate 1 %) yang digunakan yaitu granula (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram temephos (kurang dari 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter
air. Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan, khususnya didalam gentong tanah liat dengan pola pemakaian normal. 15 Pengendalian nyamuk dewasa dengan insektisida dilakukan dengan sistem pengasapan. Pengasapan dilakukan dua siklus dengan interval satu minggu. Hal ini merupakan metode yang digunakan dalam pemberantasan DBD selama 25 tahun diberbagai negara, tetapi metode ini di nilai kurang efektif, karena menurut penelitian hanya berpengaruh kecil terhadap populasi nyamuk Ae aegypti. Ada 2 jenis penyemprotan yang digunakan yaitu dengan thermal fogs (pengasapan panas) dan cold fogs (pengasapan dingin). Keduanya dapat disemprotkan dengan mesin tangan maupun dipasang pada kendaraan.

4. Pengaruh lingkungan sosial
Pendekatan pemberantasan terpadu adalah suatu strategi pemberantasan vektor penyakit yang dilakukan dengan menggunakan metode yaitu dengan pengendalian biologi, pengendalian kimiawi,
perlindungan diri, pengelolaan lingkungan dan penyuluhan secara terpadu. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan upaya pemberantasan vektor dengue yaitu Ae aegypti secara biologi dengan memlihara ikan pemakan jentik, secara kimiawi larvasida dan secara fisik dikenal dengan
kegiatan 3M (menuras, menutup dan mengubur). Pengurasan tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak berkembang biak di tempat tersebut. Apabila PSN dilakukan oleh seluruh masyarakat maka di harapkan nyamuk Ae aegypti dapat dibasmi. Untuk itu perlu di upayakan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, karena keberadaan Ae aegypti berkaitan erat dengan perilaku masyarakat. 




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Nyamuk Aedes merupakan ordo Diptera mempunyai 1162 spesies. Aedes aegypti dan Ae. Albopictus merupakan vektor Demam Berdarah Dengue. Ae. aegypti selain vektor demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam dengue (Dengue Fever) yang dikenal sebagai Cikungunyah (Break Bone Fever). Ciri khas yang membedakan Aedes aegypti dan Ae. Albopictus adalah strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara skutum Ae. albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya. Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Tahapan yanag dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit, kesenangan nyamuk istirahat, lama hidup dan jarak terbang.





DAFTAR PUSTAKA
Neutron Panca (2012). Makalah Nyamuk Aedes sp. From http://pancarahmat.blogspot.com, 14        Juni 2015
Digilib.unimus.ac.id, diakses 7 Juni 2015
Repository.usu.ac.id , diakses 14 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar